Banjir Bandang Akibat Perambahan Liar di Hulu Sungai


MEDAN, KOMPAS.com - Perambahan liar yang sebagian dilakukan masyarakat Nias di hutan di hulu Sungai Batang Gadis, dianggap sebagai salah satu penyebab meluapnya Sungai Sulangaling, anak Sungai Batang Gadis. Sungai ini merendam enam desa di Kecamatan Muara Batang Gadis. Selain itu, hutan di hulu keenam desa yang terendam banjir sebelumnya merupakan areal konsesi hak pengusahaan hutan PT Aek Gadis Timber yang dimiliki Koperasi Universitas Sumatera Utara.

Menurut Asisten Direktur Divisi Pendidikan Yayasan Ekosistem Lestari Tatang Komoro Yudha, meski tidak terlalu parah, namun kerusakan di hulu Sungai Batang Gadis menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di Sungai Sulangaling. Banjir merendam enam desa yakni Rantau Panjang, Lubuk Kapondong I, Lubuk Kapondong II, Saleh Baru, Tabilang dan Manuncang , serta telah menewaskan 11 orang.

Menurut Tatang, selain HPH PT Aek Gadis Timber, terdapat juga bekas konsesi HPH milik PT Keang Nam dan HGU perkebunan sawit milik PT Inanta Timber. Kedua perusahaan ini dimiliki oleh Adelin Lis, buronan kasus pembalakan liar di Mandailing Natal.

"Kondisinya memang rusak. Sebenarnya di atas desa-desa yang terendam banjir itu kan masuk wilayah Taman Nasional Batang Gadis, tetapi kalau berjalan ke arah hutan dari Desa Muara Batang Angkola di Kecamatan Siabu, hingga Singkuang (Ibu Kota Kecamatan Muara Batang Gadis) terdapat banyak perkampungan masyarakat dari Nias. Padahal itu kawasan taman nasional," ujar Tatang yang dihubungi dari Medan, Rabu (16/9).

Tatang juga memastikan, hingga saat ini masih terdapat gelondongan kayu hasil pembalakan liar keluar dari kawasan hutan di atas desa-desa yang terendam banjir tersebut. Kayu-kayu itu dibawa melalui jalur darat menuju ke Danau Siais di Tapanuli Selatan. "Sampai sekarang masih ada cukong-cukongnya di sana," ujarnya.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumut JB Siringoringo mengaku tak ada aktivitas pembalakan liar di hulu lokasi bencana banjir. Siringoringo mengatakan, banjir lebih disebabkan karena curah hujan yang sangat tinggi. Vegetasi hutan di hulu daerah bencana masih cukup baik berdasarkan pantauan citra satelit.
Namun Tatang meragukan keterangan Siringoringo. Menurut dia, sangat mungkin data Dinas Kehutanan Sumut tak valid. "Kapan citra satelitnya. Dinas Kehutanan tahu tidak ada perambahan?" tanyanya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...