Bromo Diselimuti Kabut Tebal Campur Asap


REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO--Intensitas erupsi Gunung Bromo yang merupakan ikon wisata Jawa Timur, Jumat (3/12) pagi mengalami penurunan drastis. Gempa tremor yang terjdi secara terus menerus, setelah Kamis (2/12) sore mengalami letusan minor, amplitudonya hanya berkisar 1,5-2 mili meter.

Bahkan, sejak pukul 00.00-06.00 WIB sesuai data yan terekam Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung di Pos Pemantauan Cemorolawang, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, hanya terjadi tujuh kali gempa vulkanik dangkal.

Gempa vulkanik dangkal di dalam kawah gunung yang namanya diambil dari Dewa Brahma ini terjadi selama 8-17 detik. Amplitudonya sekitar 8-36 mili meter. ‘’Kalau melihat gempa tremornya memang sudah menurun,’’kata Ketua Tim Tanggap Darurat Bromo, Gede Suantika, Jumat.

Namun, lanjut Suantika, untuk menurunkan status 'awas' masih harus melihat perkembangan gunung berapi yang paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur itu minimal sepekan ke depan. Sebab, ‘Brahma’ yang memiliki bentuk tubuh bertautan antara lembah, ngarai, dengan kaldera (lautan pasir) seluas sekitar 10 kilometer persegi itu masih fluktuatif.

Apalagi, ‘Brahma’ yang mempunyai kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat) itu kini diselimuti kabut tebal bercampur asap. Sehingga, gunung yang meiliki daerah bahaya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 kilometer dari pusat kawah Bromo itu sulit terlihat secara visual.

Kepulan asap yang dikeluarkan ‘Brahma’ masih terlihat coklat kemerah-merahan. Asap yang mengandung abu vulkanik, pasir, belerang, silikat, dan solfatura sebagai hasil oksidasi di dalam kawah itu membumbung ke udara dengan ketinggian sekitar 150-300 meter.

Angin yang berhembus ke arah timur laut, yaitu Probolinggo membawa kepulan asap tersebut. Namun, sesaat kemudian, asap coklat kelabu dan cenderung kemerahan itu menuju arah tenggara. Tepatnya ke kawasan Ranupane, Kecamatan Sendura, Kabupaten Lumajang.

Karena itu,Suantika yang juga Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah dari PVMBG Bandung menyarankan warga di kawasan rawan terhujani debu vulkanik ‘Brahma’ memakai masker dan penutup mata. Sebab, meski intensitas erupsi Bromo itu menurun, statusnya masih 'awas', sedangkan kandungan asap itu berbahaya bagi kesehatan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...