Puluhan Orang Korban Merapi Mengungsi Sampai ke Sidoarjo


PULUHAN korban letusan Gunung Merapi asal Dusun Jaranan Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang masih satu kerabat mengungsi ke Sidoarjo.

Salah seorang pengungsi Sosro Sukartono, Rabu (10/11) mengatakan mereka terpaksa mengungsi ke Sidoarjo salah seorang kerabatnya karena pemukiman tempat tinggal mereka masih dalam status awas dan tidak bisa ditinggali.

“Kami terpaksa pindah ke Sidoarjo karena kondisi rumah kami yang ada di Sleman sudan tidak memungkinkan untuk ditinggali lagi,” katanya.

Ia mengemukakan rumahnya berada di radius sekitar 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi dan abu vulkanik setiap saat menghujani rumah.

“Selain itu, jarak antara rumah dengan Sungai Gendol yang kurang dari seratus meter yang saat ini tertutup material batu dan pasir dari Gunung Merapi,” katanya.

Ia menceritakan dalam pengungsian ke Sidoarjo tersebut dirinya mengajak 10 anaknya, menantu, dan cucunya.

“Kami lebih aman tinggal di Sidoarjo karena lebih aman dibandingkan jika tinggal di Sleman. Setiap hari harus was-was terhadap luapan awan panas dan lahar dingin yang keluar dari Gunung Merapi,” katanya.

Ia mengemukakan, dirinya akan kembali ke Sleman, Yogyakarta jika situasi Gunung Merapi statusnya sudah aman dan tidak ada aktivitas yang mengancam lagi.

Sosro Sukartono mengatakan tinggal di radius 20 kilometer sudah tidak aman lagi karena letusan gunung teraktif di Indonesia sulit diprediksi.

Ia mencontohkan, awalnya titik aman berada di radius 15 Kilometer dan kondisi itu terus meningkat hingga radius 20 Kilometer menyusul keluarnya awan panas yang dikenal dengan “wedhus gembel”.

Meski berada di Sidoarjo, kata dia, keluarga asal Sleman ini selalu mengikuti perkembangan Merapi melalui pesawat televisi.

Tiga anak mereka yang berada di pengungsian Desa Tirto Martani Kalasan, mendapat tugas untuk menjaga rumah dan harta benda yang ditinggalkan.

Sosro Sukartono mengatakan, datang ke Sidoarjo dengan menyewa satu bus bersama dengan anak dan cucunya.

“Sebelumnya kami terpisah di beberapa pengungsian, setelah itu anak saya di Sidoarjo selalu menelepon dan menangis supaya semua segera pindah ke rumahnya,” katanya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...