Sebuah Kisah di Balik Evakuasi Korban Merapi


Sungguh berat tugas dari para relawan dan petugas evakuasi. Selain harus mempertaruhkan nyawa, mereka juga dihadapkan pada keadaan-keadaan menyeramkan yang tak mudah mereka lupakan. Seperti apa?

Ketika kita mendengar kata ‘evakuasi korban’ mungkin yang terbersit di benak kita adalah upaya penyelamatan dengan mempertaruhkan diri sendiri demi kepentingan orang lain. Ketika korban berhasil diselamatkan, bisa jadi kebanyakan dari kita akan berpikir bahwa risiko yang diembannya telah berhenti sampai di situ saja.

Tapi jangan salah. Terkadang para relawan dan petugas evakuasi harus menanggung risiko tambahan meski mereka telah dengan sukses membawa pulang korban (baik hidup atau mati).

Seperti yang dikisahkan oleh Sersan Dua Aditya Novianto misalnya. Anggota Kopassus dari Grup 2 Kartosuro ini menyimpan sejumlah cerita menyeramkan kala mengevakuasi korban letusan gunung Merapi.

Hal yang masih selalu diingat oleh Aditya adalah ketika dia dan rombongan ditugaskan untuk mengevakuasi korban wadhus gembel pada letusan pertama (26/10/1010) silam. Kala itu mereka mendatangi dusun Ngemprengan, di Umbulharjo.

“Saya menemukan mayat laki-laki. Ketika saya angkat untuk dimasukkan ke kantong mayat, tiba-tiba kepalanya terlepas,” ujarnya kepada wartawan di pos pengungsian Maguwoharjo, Senin (8/11/2010).

Bagi Aditya pengalaman tersebut sungguh berbekas di hatinya. Diakuinya, peristiwa itu terus membayangi sampai sekarang. Pria asal Pati Jawa Tengah ini juga mengungkapkan bahwa rekan-rekannya di Kopassus juga mengalami hal serupa.

Tidak berhenti sampai di situ, bukan pengalaman itu saja yang harus ia hadapi. Pada proses evakuasi di tempat dan waktu terpisah, Aditya juga pernah mendapati pemandangan yang sungguh
tragis.

Kala itu dia dan rombongan menghampiri sebuah rumah yang bentuknya sudah tidak karu-karuan akibat diterjang awan panas. Ketika pintu rumah dibuka, mereka mendapati sembilan anggota keluarga berkumpul dalam posisi sujud di ruang tengah.

“Sudah menjadi mayat semua. Pemandangannya sangat ngenes,” paparnya.

Selain cerita menyeramkan seperti di atas. Aditya juga pernah mengalami hal unik dari letusan Merapi yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

“Pernah kita melintasi jalan dengan mobil. Namun mendadak di tengah jalan kita dikagetkan karena ada batu bulat menutupi badan jalan. Kita bengong. Karena kok bisa batu sebesar itu terlempar dari Merapi.”

Namun, terang Aditya, meski mendapati jalan berliku dan pengalaman tidak mengenakkan pada saat melakukan evakuasi hal tersebut tidak dijadikannya alasan untuk mundur dari tugas yang telah dibebankan kepadanya.

“Tugas dari atasan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya,” lugasnya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...